Sabtu, September 13
Serba-serbi

Solusi tekanan jiwa: Optimisme

Salah satu cara agar kita selalu terhindar dari gangguan dan tekanan jiwa, kita harus selalu menyikapi segala hal dengan bijak dan berpandangan positif. Tidak hanya para psikolog saja yang menekankan masalah ini, Al Qur’an pun juga demikian. Agar kita dapat berpandangan positif, kita harus menjalankan dua langkah penting berikut: berpandangan luas terhadap kondisi yang ada, dan berbaik sangka kepada Allah. Berpandangan luas terhadap kondisi yang ada Kebanyakan dari tekanan-tekanan jiwa diakibatkan oleh faktor-faktor seperti penyesalan akan masa lalu, kehilangan kesempatan, mengalami kekalahan, ketertinggalan, takut akan masa depan, dan lain sebagainya. Para Imam maksum mengajarkan kita untuk merenung dan berfikir secara positif terhadap keadaan yang ada. Namun renungan dan fikiran ini...
Serba-serbi

Solusi tekanan jiwa: Tafakur

Untuk menghadapi dan mengatasi tekanan jiwa, perlu sesekali kita kembali pada renungan dan bertafakur. Pikirkanlah tiga hal di bawah ini: Jalan untuk berubah selalu terbuka lebar Kita memegang kendali amal perbuatan dan perilaku diri sendiri Seharusnya kita mengontrol dan memprioritaskan hal-hal yang terpenting, tingkatan demi tingkatan Para psikolong mengurutkan tahapan-tahapan di atas sebagai berikut: Tahapan pertama, anda harus bertekat untuk terus hidup dengan baik. Dengan tekat ini, anda harus menghindar dari segala hal yang merugikan bagi anda. Karena sepanjang sejarah umat manusia pernah terjerumus dalam kesusahan-kesusahan yang dihasilkan oleh peperangan, minuman keras, obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.[1] Tahapan kedua, anda harus mempunyai alasan-alasan positif...
Serba-serbi

Antara menjalankan tugas dan hasilnya – Manajemen stress dalam Islam

Dalam agama ini kita diajarkan untuk berkonsentrasi pada penjalanan tugas, fokus mengerjakan taklif, bukannya galau dan mengkhawatirkan / over thinking akan hasil-hasil yang bakal kita dapat dari apa yang sudah kita kerjakan. Manusia dalam hidup ini memiliki tugas dan kewajiban,[1] dan itu pun seseuai dengan kadar kemampuannya.[2] Allah swt befirman: لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا "Seseorang tidak dibebani (taklif) melainkan menurut kadar kesanggupannya." (QS Al Baqarah ayat 233) Dalam keadaan ini, mungkin salah satu faktor yang memicu stres adalah ketika seseorang sudah merasa berusaha namun ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Kebanyakan orang pun selalu gelisah saat menjalankan tugasnya, apakah ia akan meraih tujuannya ataukah tidak. Namun Al Qur’an mengajarka...
Serba-serbi

Antara tekanan jiwa dengan mengingat kematian

Jika kita tidak ingin terjerumus dalam jeratan stres dan tekanan jiwa, salah satu caranya adalah memiliki pandangan positif terhadap kematian. Berdasarkan pandangan Al Qur’an, kematian adalah perpindahan dari satu alam ke alam yang lain. Oleh karena itu berpandangan sedemikian rupa akan menciptakan ketentraman di hati saat mengingat kematian, bukannya rasa takut dan stres. Karena dengan kematian itulah seseorang akan masuk ke suatu alam yang di dalamnya dapat merasakan keridhaan Allah, liqa’ (bertemu) dengann-Nya,[1] merasakan kenikmatan surga dan segala kebahagiaan yang ada. [1] Al Fajr, ayat 27.
Serba-serbi

Hadapi tekanan jiwa dengan tawakkal

Salah satu cara lainnya untuk menghadapi tekanan jiwa adalah tawakal dan berserah diri kepada Allah swt. Tawakal adalah sifat yang bersumber dari keyakinan seseorang akan qadha dan qadar Ilahi serta tauhid af’ali. Manusia harus memahami bahwa segala daya dan usaha, serta pengaturan yang ia lakukan dalam hidupnya, berada di bawah kuasa pengaturan dan sunnah Tuhan, sunnah yang tidak akan pernah berubah.[1] Tawakal adalah, manusia tidak boleh sombong dengan pengaturan dan perencanaannya dalam hidup, takdir Allah juga harus harus diingat keberadaannya, dan ketika usahanya tidak berhasil, janganlah bergundah hati dan kesal. “Aku menyerahkan urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah maha melihat hamba-hamba-Nya.”[2] Namun tawakal tidak boleh disalah artikan menjadi pasrah tanpa usaha dan mem...
Serba-serbi

Antara Qadha dan Qadar dengan tekanan jiwa

Salah satu cara terbaik yang diajarkan Islam untuk menghadapi tekanan jiwa adalah keyakinan akan Qadha dan Qadar. Dalam pandangan ini, segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang bersifat kebetulan, dan segalanya berada dalam pengaturan Allah swt. Seorang yang beriman, meskipun ia meyakini bahwa tidak ada jabr (yakni segala perbuatan yang kita lakukan kita lah yang bertanggung jawab) dalam hidup ini, tetap berkeyakinan bahwa Allah swt. adalah suber segala gerak dan efek serta Ia lah pencipta semua maujud.[1] Dengan pola pikir seperti ini, seorang manusia tidak akan berhadapan dengan jalan buntu dalam hidupnya, segala musibah yang menimpa adalah atas kehendak-Nya dan segala perkara telah ditakdirkan-Nya. Imam Ali as. berkata: “Segala perkara mengikuti qadha dan qadar. Mati dan hidup manusi...
Serba-serbi

Solusi tekanan jiwa: Perubahan

Salah satu cara menghadapi tekanan jiwa adalah menciptakan sebuah perubahan besar dalam batin dan jiwa kita dalam naungan iman dan kembali kepada Allah swt. Perubahan ini membuat seorang manusia mendapatkan sebuah kekuatan yang tak terbayang dalam dirinya sehingga dengan kekuatan itu ia mampu melewati segala rintangan dan kesusahan yang dihadapinya. Berkenaan dengan pembahasan ini, dalam Al Qur’an telah disebutkan kisah nabi Musa as. dan para penyihir Fir’aun. Ketika nabi Musa as. melemparkan tongkatnya ke tanah, tongkat itu berubah menjadi ular besar yang menelan semua peralatan-peralatan para sihir Fir’aun, kemudian mereka takjub dan bersujud sambil bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhan (nya) Musa dan Harun.” Kemudian Fir’aun marah mel...
Serba-serbi

Solusi tekanan jiwa: harapan dan iman

Bergson pernah menulis: “Untuk menghadapi hantaman-hantaman penuh bahaya dalam kehidupan ini, kita memerlukan sandaran ruhani.”[1] Maueice Toesca mengungkapkan penyesalannya akan kurangnya penyandaran jiwa dan penghinaan terhadap etika dan moral, warisan-warisan besar dunia sepert nabi Muhammad saw., nabi Isa as., dan pemikir-pemikir besar seperti Plato, Konfusius, dan Budha, serta para filsuf besar setelah mereka. Ia berkata: “Aturan-aturan moral dan spiritual yang selama ini dianggap remeh dan hina, serta dianggap sebagai pola pikir terbelakang, tabu, tradisi kuno, dan lain sebagainya, padahal pada hakikatnya merupakan lentera petunjuk yang dapat menerangi jalan utama kehidupan manusia. Meskipun secara sekilas aturan-aturan itu tampak mengekang dan berat, namun tujuan-tujuan di balik it...
Serba-serbi

Solusi tekanan jiwa: Mencari makna

Nalar keseimbangan, adalah sebuah teori yang dituarakan oleh Antonovsky pada tahun 1987. Teori itu adalah hasil penelitiaannya yang dilakukan terhadap para mantan pekerja paksa. Ia mendapati beberapa orang di antara mereka, meskipun telah mengalami tekanan dan beban yang berat dalam kesehariannya, namun mereka tetap sehat secara fisik dan psikis.[1] Victor Francle juga mengadakan penelitian yang sama dan ia berkata: “Mengapa sebagian orang dari mereka dapat bertahan sedangkan kebanyakan yang lainnya tidak? Mereka yang bertahan hidup adalah orang-orang yang tetap menjaga harapannya untuk tetap hidup di dalam hati meskipun sesusah apapun hari yang harus mereka jalani. Mereka semua sama-sama pernah merasakan kelaparan, kegelisahan, siksaan gaik fisik maupun psikis; namun mereka yang berhasi...
Serba-serbi

Solusi tekanan jiwa: memahami permasalahan

Merujuk kepada orang yang ahli dalam memecahkan suatu permasalahan, adalah upaya yang rasional baik dalam urusan-urusan materi maupun spiritual. Al Qur’an menyarankan kita untuk merujuk kepada orang-orang yang pakar dalam segala urusan. Disebutkan bahwa: “Dan bertanyalah kepada ahlul dzikr (orang yang mempunyai pengetahuan) jika kalian tidak mengetahui.”[1] Ayat ini mengarahkan semua manusia pada sebuah prinsip yang rasional. Atas dasar ini, orang yang memiliki masalah kejiwaan, hendaknya merujuk kepada para ahli jiwa.[2] Ahlul Bait as. menjelaskan bahwa ahlul dzikr (orang-orang yang memiliki pengetahuan) adalah Rasulullah saw. dan para imam. Imam Ja’far Shadiq as. berkata: “Kami adalah ahlul dzikr dan hendaknya siapa saja bertanya kepada kami.”[3] Namun yang pasti riwayat tersebut be...
Dukung Kami Dukung Kami