Rabu, Oktober 29

Sejarah Ahlul Bait

Sejarah Ahlul Bait

Harga gandum melambung tinggi

Pada suatu hari di Madinah harga gandum dan roti melambung tinggi. Semua orang mulai khawatir dan semampunya mereka membeli gandum untuk disimpan selama mungkin. Banyak juga orang yang tidak mampu dan mereka terpaksa membeli gandum dengan harga yang tinggi untuk kebutuhan sehari-hari. Imam Shadiq as bertanya kepada suruhannya yang bernama Mu’attab, “Seberapa banyak gandum yang kita miliki?” “Cukup untuk beberapa bulan,” katanya. Imam Shadiq as berkata, “Jual gandum-gandum kita ke pasar semuanya.” Mu’attab heran dan bertanya, “Wahai putra Rasulullah saw, bukankah gandum susah didapat di pasaran? Jika kita menjual gandum-gandum ini nanti kita akan kesusahan membelinya kembali.” “Lakukan apa yang kuperintahkan,” kata Imam. Mu’attab pun menjual gandum-gandum tersebut ke pasar dan pulang....
Sejarah Ahlul Bait

Satu nasehat

Seseorang dari kalangan Anshar mendesak Rasulullah saw untuk mengatakan sepatah kalimat sebagai nasehat untuknya. Rasulullah saw bertanya, “Jika aku katakan, apakah kau akan mengerjakannya?” Lelaki itu berkata, “Tentu wahai Rasulullah saw.” Beliau bertanya seperti itu sampai tiga kali dan lelaki Anshar menjawabnya dengan jawaban yang sama. Akhirnya Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau hendak mengerjakan sesuatu, maka pertimbangkanlah akibatnya. Jika akibatnya baik maka bertekatlah untuk mengerjakannya. Namun jika akibatnya buruk maka tinggalkanlah.” - Wasail Syiah, jil. 2, hal. 457  
Sejarah Ahlul Bait

Mengumpulkan ranting di padang pasir

Pada salah satu perjalanannya bersama beberapa sahabatnya, Rasulullah saw singgah di suatu tempat yang tandus gersang. Mereka butuh menyalakan api, oleh karena itu mereka harus mencari kayu dan ranting-ranting di sekitar mereka. Setiap orang berpencar dan mulai mengumpulkan ranting-ranting kecil. Karena susah dan jarang sekali ditemukan, mulanya ranting-ranting dan kayu yang mereka dapatkan terlihat tak berguna. Namun akhirnya setelah sekian lama mereka terus mencari terkumpullah kayu dan ranting yang banyak sekali sehingga bisa mereka bakar malam itu. Melihat fenomena itu, Rasulullah saw bersabda kepada mereka, “Begitulah dosa-dosa yang kadang kita remehkan. Suatu saat dosa-dosa yang remeh akan dikumpulkan menjadi tumpukan dosa yang sangat besar.” - Wasail Syiah, jil. 2, hal. 462
Sejarah Ahlul Bait

Pesan terakhir

Ummu Hamidah, ibu Imam Kadhim as dan istri Imam Shadiq as, tengah dirundung duka karena kehilangan suaminya. Abu Bashir salah satu satu sahabat saat itu datang untuk berbela sungkawa atas kepergian Imam Shadiq as. Ummu Hamidah berkata kepada Abu Bashir, “Engkau tidak ada saat beliau memejamkan mata untuk terakhir kalinya. Saat itu ia menyampaikan pesan terakhirnya yang sangat penting.” Abu Bashir menanyakan pesan apakah itu yang sepertinya penting sekali? Ummu Hamidah menceritakan, “Saat itu kedua mata Imam terpejam dan kami sangat mengkawatirkannya. Tiba-tiba ia membuka mata dan berkata agar semua anggota keluarga berkumpul. Kami bergegas mengumpulkan semua sanak keluarga dan kami bersiap-siap mendengarkan pesan pentingnya. Ketika beliau melihat kami sudah berkumpul, beliau berkata, ‘Sy...
Sejarah Ahlul Bait

Tetangga baru

Seseorang dari kalangan Anshar membeli sebuah rumah di Madinah lalu tinggal di situ. Namun ternyata ia baru sadar bahwa tetangganya bukanlah orang yang baik. Ia mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw dengan berkata, “Ia adalah tetangga yang tak hanya tidak baik, tapi aku juga khawatir kelak ia akan mencelakakanku.” Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan Imam Ali as, Salman, Abu Dzar dan seseorang yang sepertinya Miqdad lalu memerintahkan mereka untuk menyampaikan pengumuman di masjid selama tiga hari, yang berbunyi: “Barang siapa tetangganya tidak aman dari gangguan dan keburukannya maka ia bukanlah orang yang beriman.” Lalu tibalah saat Rasulullah saw menekankan pengumuman itu, seraya mengisyarahkan tangannya ke empat penjuru arah beliau bersabda, “Sampai empat puluh rumah dari setiap ...
Sejarah Ahlul Bait

Imam Sajjad as menjamu orang-orang terkena lepra

Di Madinah saat itu ada beberapa orang yang terkena lepra. Banyak orang yang lewat di dekat mereka merasa jijik. Pada suatu hari mereka sesama orang yang berpenyakit lepra sedang berkumpul dan makan. Lewatlah Imam Ali Zainal Abidin as di dekat mereka. Orang-orang itu menawari sang Imam untuk duduk bersama mereka dan ikut makan. (lebih…)
Sejarah Ahlul Bait

Imam Jawad as membayar hutang sang ayah

Dalam Al Kafi Syaikh Kulaini disebutkan, saat Imam Ridha as baru saja wafat, seseorang bernama Mathrofi di dalam hatinya berkata, "Imam Ridha as berhutang padaku empat ribu Dirham. Tidak ada yang tahu selain aku dan beliau. Kini beliau meninggal dan uang itu tidak akan kembali." (lebih…)
Dukung Kami Dukung Kami