Ibnu Abi al-‘Auja bertanya kepada Hisyam bin Hakim—salah seorang murid Imam Shadiq (as):
“Bukankah Allah itu Maha Bijaksana?”
Hisyam menjawab: “Ya, Dia Maha Bijaksana. Lebih bijaksana daripada semua yang bijaksana di dunia.”
Ibnu Abi al-‘Auja bertanya lagi:
*”Lalu, bagaimana mungkin dalam Surah An-Nisa ayat 3, Allah berfirman:
‘Maka nikahilah perempuan-perempuan (yang halal) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka (nikahilah) satu saja.’
Namun, dalam ayat 129 surah yang sama, Dia berfirman:
‘Dan kamu tidak akan pernah bisa berlaku adil di antara istri-istrimu, sekalipun kamu sangat ingin melakukannya.’?”*
Hisyam kemudian pergi dari Kufah, kota asalnya, menuju Madinah untuk menemui Imam Shadiq (as) guna mendapatkan jawaban.
Imam bertanya kepadanya:
“Apa yang membuatmu datang ke Madinah di luar musim haji atau umrah?”
Hisyam menjawab:
“Ibnu Abi al-‘Auja mengajukan pertanyaan penting kepadaku, dan aku tidak tahu jawabannya.”
Kemudian, dia menyampaikan pertanyaan tersebut kepada Imam.
Imam Shadiq (as) bersabda:
*”Yang dimaksud dengan keadilan dalam ayat ketiga (An-Nisa: 3) adalah keadilan dalam nafkah, kebutuhan hidup, dan perlakuan terhadap istri-istri. Sedangkan keadilan dalam ayat 129 (An-Nisa: 129) merujuk pada keadilan dalam cinta dan kasih sayang di dalam hati.”*
Ketika Hisyam kembali dan menyampaikan jawaban Imam kepada Ibnu Abi al-‘Auja, dia bersumpah bahwa jawaban itu bukan berasal dari pemikiran Hisyam sendiri.
Sumber: Daneshname Roshd