Sabtu, September 13

Belajar Toleransi dari Imam Ja’far ash-Shadiq (as): Teladan Persatuan Umat Islam

Pendahuluan
Di tengah meningkatnya polarisasi di dunia Islam, ajaran Imam Ja’far ash-Shadiq (as) tentang persatuan dan toleransi menjadi relevan lebih dari sebelumnya. Sebagai pemimpin spiritual dan intelektual, Imam Shadiq (as) tidak hanya mengajarkan doktrin Syiah, tetapi juga menunjukkan bagaimana berinteraksi dengan penuh hormat kepada muslim non-Syiah.

Sikap Imam Shadiq terhadap Ulama Non-Syiah

  1. Menghormati Perbedaan
    • Imam Shadiq (as) sering berdiskusi dengan ulama Sunni seperti Abu Hanifah dan Malik bin Anas. Kedekatan ini membuat mereka tidak menyadari bahwa beliau adalah pemimpin mazhab yang berbeda.
    • Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki, pernah memuji:
      “Tidak ada mata yang melihat, telinga yang mendengar, atau hati yang membayangkan seseorang lebih mulia daripada Ja’far bin Muhammad dalam hal keutamaan, ilmu, ibadah, dan ketakwaan.”
  2. Keterbukaan Rumah Imam
    • Rumah Imam Shadiq (as) selalu terbuka untuk ulama Sunni. Mereka datang untuk bertanya, belajar, bahkan bepergian bersama beliau.
    • Suatu ketika, Imam Shadiq (as) berkata kepada Malik bin Anas: “Wahai Malik, aku sungguh mencintaimu.” Pernyataan ini menunjukkan kasih sayang beliau meski berbeda pandangan.

Panduan Imam Shadiq untuk Syiah dalam Berinteraksi dengan Sunni

Imam Shadiq (as) memberikan petunjuk praktis kepada pengikutnya:

  • “Kunjungi orang sakit dari kalangan Ahlus Sunnah!”
  • “Tunaikan amanat mereka!”
  • “Hadiri pemakaman mereka!”
  • “Shalatlah di masjid-masjid mereka!”
    Beliau menegaskan: “Bersikaplah sedemikian rupa hingga mereka berkata, ‘Lihatlah orang Syiah itu, betapa baik akhlaknya!'”

Taqiyyah yang Membangun, Bukan Menipu

  • Taqiyyah Khaufi (karena takut): Dilakukan untuk menyelamatkan nyawa atau harta.
  • Taqiyyah Mudaraati (untuk menjaga hubungan): Meski lawan tahu kita Syiah, kita tetap bersikap santun untuk mencegah permusuhan.
    Imam Shadiq (as) menggunakan taqiyyah jenis kedua ini untuk menunjukkan bahwa Islam mengajarkan toleransi, bukan kebencian.

Lawan Pemikiran, Bukan Individu

Imam Shadiq (as) membedakan antara:

  • Mereka yang berbeda pendapat (seperti ulama Sunni): Diajak dialog dengan santun.
  • Kelompok ekstrem (seperti Khawarij atau Zanadiqah): Dihadapi dengan tegas.
    Contohnya, beliau berdebat dengan Abu Hanifah tanpa mencaci, tetapi tegas terhadap paham materialis seperti Ibnu Abi al-‘Auja.

Pelajaran untuk Umat Islam Hari Ini

  1. Jangan Menyebar Kebencian
    • Imam Shadiq (as) mengajarkan bahwa menghina simbol Sunni justru menjauhkan mereka dari kebenaran Ahlulbait.
  2. Utamakan Akhlak di Atas Perdebatan
    • “Jika kau berbicara tentang kebenaran Syiah tapi berperilaku buruk, kau hanya akan menjauhkan orang.”
  3. Bersatu Melawan Musuh Bersama
    • Wahabi dan ISIS ingin memecah belah Sunni-Syiah. Imam Shadiq (as) mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam skema mereka.

Kesimpulan
Imam Ja’far ash-Shadiq (as) adalah bukti bahwa berbeda mazhab tidak harus berarti bermusuhan. Dengan meneladaninya, kita bisa membangun persatuan umat tanpa mengorbankan prinsip kebenaran.

“Barangsiapa ingin dilihat sebagai pengikutku, hendaklah ia berakhlak baik.”
—Imam Ja’far ash-Shadiq (as)

Mari jadikan Imam Shadiq (as) sebagai inspirasi untuk merajut ukhuwah Islamiyah yang hakiki!

(Disarikan dari sumber berbahasa Persia tentang sikap Imam Shadiq as terhadap Ahlus Sunnah).


Catatan: Artikel ini tidak bermaksud mengaburkan perbedaan teologis, tetapi menekankan pentingnya etika dalam berdakwah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dukung Kami Dukung Kami