Selasa, Oktober 28
Sejarah Ahlul Bait

Menasehati dengan cara yang cerdas

Pada suatu hari, saat Imam Hasan as dan Husain as kedua cucu nabi yang masih kecil melewati seorang kakek yang sedang berwudhu, mereka melihat kakek tersebut salah mengerjakan wudhu. Mereka berdua berunding bagaimana caranya agar dapat menasehati kakek tersebut dan menyadarkan kesalahannya tanpa membuatnya marah karena mereka berdua adalah anak-anak sedangkan sang kakek berusia lanjut. Akhirnya mereka bersepakat untuk bersandiwara dengan berpura-pura wudhu. Imam Hasan as dan Imam Husain as bercekcok dengan suara kencang, mereka rebut saling mengaku wudhunya paling benar. Saat kakek mendengar kedua anak itu bertengkar, kakek menghampiri mereka. Setibanya kakek di dekat mereka, mereka memintanya untuk mengamati wudhu mereka berdua dan mengatakan wudhu siapa yang salah. Imam Hasan as dan ...
Sejarah Ahlul Bait

Kalung penuh berkah

Pada suatu hari, datang seorang fakir ke Masjid Nabawi. Di situ rasulullah saw sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya. Beliau dan sahabat-sahabatnya tidak memiliki apapun untuk diberikan kepadanya. Oleh karena itu nabi berkata: “Pergilah ke rumah Fathimah Azzahra (putriku).” Orang itu pun pergi mengetuk rumah Fathimah Azzahra as. Fathimah membukakan pintu, dan menanyakan apa perlunya. Fathimah Azzahra as pun tidak memiliki apa-apa saat itu, kecuali kalung yang ia kenakan di lehernya. Ia pun memberikan kalung tersebut. Orang miskin mengambilnya, lalu pergi dan berdoa untuk beliau. Di jalan, Ammar bin Yasir bertemu dengan lelaki tersebut. Ia tahu bahwa kalung itu milik Fathimah Azzahra as putri nabi. Ammar bin Yasir membeli kalung itu lalu memberikan uang secukupnya untuk keperluan si...
Sejarah Ahlul Bait

Tangisan nabi saat Imam Husain as lahir

Ketika Rasulullah saw mendengar berita kelahiran Imam Husain as, ia menuju rumah buah hatinya, Fathimah Azzahra as. Sedangkan langkahnya berat, sambil bersedih ia terus berjalan. Dengan suara parau penuh kesedihan, berkata kepada Asma’, “Bawa kemari cucuku…” Asma menyerahkan bayi mungil bercahaya itu kepada nabi. Beliau memeluk dan terus menerus menciuminya. Namun tak lama kemudian beliau tak mampu menahan tangis hingga Asma’ kebingungan seraya bertanya mengapa beliau menangis? Rasulullah saw menjawab, “Sungguh aku menangisi cucuku ini…” Asma’ tetap tidak faham. Berhati-hati ia bertanya, “Bukankah ia baru lahir? Seharusnya Anda gembira…” Nabi menjawab, “Kelak sekelompok durjana akan membunuh cucuku ini. Semoga Allah saw menjauhkan syafa’atku dari mereka.” “Janganlah kau beritakan hal...
Sejarah Ahlul Bait

Doa untuk tetangga

Di suatu malam, Sayidah Fathimah Azzahra as berdoa usai shalat sunahnya. Saat itu kebetulan anaknya yang paling besar, yakni Imam Hasan as, mendengar apa yang didoakannya. Sayidah Fathimah mendoakan tetangga-tetangganya, lalu usai menyebut nama tetangga-tetangganya, baru ia berdoa untuk dirinya dan keluarganya. Sang anak bertanya kepadanya, mengapa ia mendahulukan para tetangga dalam doanya. Lalu Sayidah Fathimah as menjawab, "Aku mendengar Rasulullah saw bekata padaku: 'Tetangga, baru setelah itu rumah sendiri.' Oleh karena itu aku selalu mendoakan tetangga-tetanggaku sebelum mendoakan diri sendiri."
Sejarah Ahlul Bait

Imam Ali as, Imam Husain as dan hujan

Pada suatu hari di masa kekhilafahan Imam Ali as, penduduk Kufah mendatangi Imam Ali as mengadukan perihal keringnya sumur, ladang dan sawah mereka serta kekeringan yang menimpa mereka dikarenakan tidak turunnya hujan. Mereka berkata: “Wahai Amirul Mukminin, mintalah hujan untuk kami!” Kemudian Imam menyuruh anaknya, Imam Husain as, berdoa kepada Allah agar menurunkan hujan untuk mereka. Maka Imam Husain as berdiri dan memuji Allah serta bersalawat atas Nabi dan keluarganya dan berdoa: “Ya Allah yang Maha Pemberi segala kebaikan dan keberkahan, limpahkanlah kepada kami berkah dari langit!” Ketika Imam selesai berdoa, langit mulai berawan dan mendung, kemudian langit menurunkan hujannya dengan deras. Lembah-lembah penuh air melimpah. Semua orang dan hewan meminum darinya dan ladang-ladang ...
Sejarah Ahlul Bait

Hasilnya selalu bilangan bulat

Seorang Yahudi mendatangi Imam Ali as. Yahudi itu beranggapan bahwa Imam Ali as merasa paling pintar dan dia berusaha untuk menanyakan suatu masalah yang tidak bisa dijawab oleh sang Imam sehingga harga dirinya jatuh di hadapan orang-orang di sekitarnya. Dia bertanya kepada Imam Ali as “Sebutkan padaku satu angka yang jika dibagi dengan setiap angka dari 1 hingga 10 hasilnya selalu bilangan bulat, bukan pecahan. Imam Ali as dengan cepat menjawab: “Kalikan hari-hari seminggumu dengan hari-hari setahunmu.” Orang Yahudi itu sendiri menjadi bingung. Kemudian dia menghitung apa yang diperintahkan beliau. Jumlah hari dalam satu tahun (tahun orang-orang Yahudi) = 360 Jumlah hari dalam satu minggu = 7 7*360 = 2520 Lalu coba kita bagi: 2520/1 = 2520 2520/2 = 1260 2520/3 = 840 2520/4 = 63...
Sejarah Ahlul Bait

Pembagian roti dua pengembara

Ada dua orang pengembara beristirahat. Seseorang dari mereka mimiliki 5 potong roti, dan yang satunya 3 potong roti. Datang seorang pengembara lain lalu beristirahat di tempat yang sama. Pengembara yang satu ini tidak membawa bekal, oleh karenanya dia meminta dua pengembara yang ada untuk berbagi roti dan makan bersama. Pengembara ketiga itu membagi setiap roti milik kedua pengembara tersebut menjadi tiga bagian. Kemudian setiap satu dari mereka memakan bagiannya masing-masing yang sama ukurannya. Setelah makan bersama, pengembara ketiga ini memberikan 8 Dirham kepada mereka. Pengembara pertama yang memiliki 5 potong roti berkata kepada pengembara kedua yang hanya memiliki 3 potong roti: “Bagianku adalah 5 Dirham dan bagianmu adalah 3 Dirham. Ini adalah pembagian yang adil.” Namun pen...
Sejarah Ahlul Bait

Meninggalkan dunia tidak selalu benar

Sepulangnya dari perang Jamal, Imam Ali as memasuki kota Bashrah. Seseorang bernama Ala’ bin Ziyad Haritsi mengadukan saudaranya, ‘Ashim, kepada Imam Ali as. Ia berkata kepada beliau, “Wahai Amirul Mu’minin, aku mengadukan saudaraku yang bernama ‘Ashim.” Imam bertanya, “Memang ada apa dengannya?” Ia menjawab, “Ia telah meninggalkan dunia, mengenakan pakaian-pakaian yang sudah lama, menyendiri dan meninggalkan semua orang.” Tak lama kemudian beliau memerintahkan agar ‘Ashim dihadapkan kepada beliau. Saat ‘Ashim telah dihadirkan, Imam berkata, “Hai musuh dirimu sendiri, setan telah menculik akal pikiranmu. Mengapa engkau meninggalkan anak istrimu? Apakah engkau mengira Allah swt tidak ridha jika engkau menikmati rizki halal yang Ia berikan kepadamu? Di hadapan Allah engkau lebih rendah da...
Sejarah Ahlul Bait

Imam Ali as dan sengketa anak

Pada zaman Khalifah Umar dua wanita bersengketa tentang hak untuk memiliki seorang anak. Kedua wanita itu mengaku sebagai ibunya tanpa bukti dan tidak ada yang berselisih tentang hal itu kecuali mereka berdua. Umar tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, maka dibawalah mereka ke hadapan Imam Ali as. Kemudian Imam menegur dan menakuti mereka, akan tetapi mereka tetap berselisih. Ketika mereka bertengkar, Imam berkata kepada pelayannya: “Ambilkan gergaji untukku!” Kedua wanita itu berkata: “Apa yang hendak engkau lakukan?” Imam menjawab: “Aku akan memotong bayi ini menjadi dua dan masing-masing dari kalian akan mendapatkan setengahnya.” Wanita pertama terdiam, sementara yang kedua ketakutan dan berkata: “Wahai Abul Hasan, jika Anda benar-benar harus melakukan hal itu, aku rela memberika...
Sejarah Ahlul Bait

Terkadang diam adalah jawaban yang tepat

Jabir meriwayatkan, pada suatu hari Imam Ali as melihat seseorang bernama Qanbar yang sedang diejek dan dicela orang lain. Beliau melihat Qanbar berusaha membalas celaan itu. Lalu Imam Ali as memanggil Qanbar dan berkata, “Hai Qanbar, tenang, lebih baik kamu diam saja agar Allah swt senang dengan perbuatan itu dan lalu setan pun murka karenanya lalu musuhmu merasa tersiksa.” Beliau meneruskan perkataannya, “Sumpah demi Dzat yang membelah biji (dan menumbuhkan tunas pohonnya), menciptakan hewan-hewan, orang yang beriman tidak bisa membahagiakan Tuhannya sebagaimana membahagiakan dengan cara bersabar, tidak bisa membuat murka setan sebagaimana membuatnya murka dengan cara diam, dan tak bisa membuat orang bodoh merasa kesal tersiksa sebagaimana dengan cara acuh.” Amali Syaikh Mufid
Dukung Kami Dukung Kami