Sabtu, September 13
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Ternyata pahala membebaskan budak mudah diraih

Sudair adalah salah satu sahabat Imam Muhammad Al-Baqir as. Imam bertanya kepadanya, “Wahai Sudair, apakah setiap hari engkau membebaskan budak?” “Tidak,” jawabnya. “Setiap bulan sekali engkau membebaskan budak?” “Tidak.” “Setiap setahun sekali?” “Tidak.” Lalu Imam Baqir as berkata, “Subhanallah. Apakah engkau tidak pernah menggandeng tangan saudaramu di antara pengikut-pengikut kami ke rumahmu untuk kau beri makan hingga kenyang? Demi Allah pahalanya lebih dari pahala membebaskan seorang budak.” Ternyata untuk mendapatkan pahala membebaskan budak kita tidak perlu bersusah payah mencari budak untuk dibebaskan; selain karena saat ini sudah tidak ada lagi budak. Ushul Kafi bab Al-Mushafahah
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Imam Sajjad dan seorang pelawak

Di Madinah ada seorang pelawak terkenal. Seperti biasa, kesehariannya ia membuat semua orang tertawa. Namun ia sendiri berkata, “Aku tidak pernah bisa membuat lelaki itu (Ali bin Husain, yakni Imam Ali Zainal Abidin as) tertawa.” Pada suatu hari imam berjalan bersama dua pembantunya. Pelawak itu datang mencopot aba’ah (sejenis selendang) yang dikenakan Imam Sajjad as di pundaknya lalu melemparnya ke tanah dan lari. Beliau tidak terlalu mementingkan hal itu. Imam bertanya pada pembantunya, “Siapakah orang itu?” Mereka menjawab, “Seorang pelawak yang dengan pekerjaannya ia membuat orang lain tertawa.” Lalu Imam berkata, “Katakanlah kepadanya, bahwa pada suatu hari Allah Swt akan menyadarkan orang-orang yang melakukan perbuatan tak berguna bahwa dirinya sungguh merugi.”
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Seorang budak yang tak ingin bebas

Imam Zainal Abidin As-Sajjad as sering membebaskan para budak. Seperti biasa, di hari raya, beliau membeli budak-budak untuk dibebaskannya. Suatu saat, ketika beliau melepas budak-budak yang beliau beli, budak-budak pun terheran, namun juga bahagia. Mereka saling mengucapkan selamat satu sama lain dan berterimakasih kepada sang Imam. Namun ada satu budak yang terlihat bersedih. Kawan-kawannya bertanya kepadanya, "Mengapa kamu tak terlihat bahagia? Apakah kamu tak suka dibebaskan?" Budak itu berkata, "Aku justru lebih bahagia menjadi budak sang Imam karena kebaikannya dan keluhurannya." Imam Sajjad as mencium keningnya lalu memeluknya dan berkata, "Jika engkau ingin tetap tinggal, tinggallah." Akhirnya budak itu terus bersama dengan beliau dan selalu mempelajari akhlak mulia darinya ti...
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Imam Hasan as dan orang bodoh yang memakinya

Suatu hari seorang penduduk Syam melihat Imam Hasan as sedang menaiki tunggangannya, kemudian orang Syam itu mencela Imam dan Imam tidak membalasnya. Kemudian Imam Hasan as menemuinya dan tertawa, lalu berkata: “Wahai Syeikh, kukira sepertinya engkau orang asing di sini dan sedang kebingungan. Seandainya enggkau mau ditegur, aku akan menegurmu. Dan seandainya engkau meminta padaku, aku akan memberimu. Seandainya engkau meminta hidayah (petunjuk) padaku, aku akan membimbingmu. Jika engkau ada tanggungan, aku akan menanggungnya untukmu. Jika engkau membutuhkan sesuatu, aku akan mencukupimu. Jika engkau lari dari sesuatu, aku akan melindungimu. Jika engkau ada keinginan, aku akan mengabulkannya untukmu. Jika engkau datang pada kami dan menjadi tamu kami sampai kepergianmu, itu lebih baik bagi...
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Budak dan anjing yang lapar

Pada suatu hari, Imam Hasan as melewati sebuah gang. Di situ ia melihat seorang budak yang sedang memakan potongan roti. Tiap kali budak itu memakan sesuap roti, setelah itu ia melemparkan sesuap pula untuk anjing yang berdiri di dekatnya. Anjing itu pun memakan roti tersebut. Imam Husain as terkesima melihat perbuatan budak itu. Beliau mendatanginya dan bertanya tentang apa maksud perbuatan yang ia lakukan itu. Budak menjawab: "Aku malu di hadapan Allah swt untuk makan dan menjadi kenyang sedangkan anjing itu berdiri dan kelaparan." Imam bertanya: "Siapa pemilikmu wahai budak yang baik?" Seraya menunjuk sebuah rumah pandai besi, budak menjawab: "Tukang besi yang ada di rumah itu." Imam pun membawa budak itu menemui tuannya. Lalu Imam Hasan as berkata kepada pemilik budak: "Apakah en...
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Imam Hasan as meninggalkan I’tikaf

Saat Imam Hasan Mujtaba as sedang menghabiskan hari-harinya untuk beri’tikaf di masjid, seseorang mendatangi beliau dan berkata, “Wahai putra Rasulullah saw, seseorang menagih hutang padaku namun aku tidak mempunyai uang. Oleh karena itu ia ingin menuntutku sehingga aku dipenjara.” Imam Hasan as menjawabnya, “Saat ini aku tidak punya uang untuk membayar hutangmu.” “Maka lakukanlah sesuatu agar aku tidak dipenjara,” kata lelaki itu. Padahal sedang beri’tikaf, dan orang yang beri’tikaf tidak boleh keluar dari masjid, Imam Hasan as mengambil sepatunya dan hendak pergi meninggalkan masjid. Lelaki itu berkata, “Wahai putra Rasulullah saw, apakah engkau lupa bahwa dirimu sedang beri’tikaf?” Imam menjawab, “Aku tidak lupa bahwa aku sedang beri’tikaf. Tapi aku ingat perkataan ayahku bahwa ora...
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Menasehati dengan cara yang cerdas

Pada suatu hari, saat Imam Hasan as dan Husain as kedua cucu nabi yang masih kecil melewati seorang kakek yang sedang berwudhu, mereka melihat kakek tersebut salah mengerjakan wudhu. Mereka berdua berunding bagaimana caranya agar dapat menasehati kakek tersebut dan menyadarkan kesalahannya tanpa membuatnya marah karena mereka berdua adalah anak-anak sedangkan sang kakek berusia lanjut. Akhirnya mereka bersepakat untuk bersandiwara dengan berpura-pura wudhu. Imam Hasan as dan Imam Husain as bercekcok dengan suara kencang, mereka rebut saling mengaku wudhunya paling benar. Saat kakek mendengar kedua anak itu bertengkar, kakek menghampiri mereka. Setibanya kakek di dekat mereka, mereka memintanya untuk mengamati wudhu mereka berdua dan mengatakan wudhu siapa yang salah. Imam Hasan as dan ...
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Kalung penuh berkah

Pada suatu hari, datang seorang fakir ke Masjid Nabawi. Di situ rasulullah saw sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya. Beliau dan sahabat-sahabatnya tidak memiliki apapun untuk diberikan kepadanya. Oleh karena itu nabi berkata: “Pergilah ke rumah Fathimah Azzahra (putriku).” Orang itu pun pergi mengetuk rumah Fathimah Azzahra as. Fathimah membukakan pintu, dan menanyakan apa perlunya. Fathimah Azzahra as pun tidak memiliki apa-apa saat itu, kecuali kalung yang ia kenakan di lehernya. Ia pun memberikan kalung tersebut. Orang miskin mengambilnya, lalu pergi dan berdoa untuk beliau. Di jalan, Ammar bin Yasir bertemu dengan lelaki tersebut. Ia tahu bahwa kalung itu milik Fathimah Azzahra as putri nabi. Ammar bin Yasir membeli kalung itu lalu memberikan uang secukupnya untuk keperluan si...
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Tangisan nabi saat Imam Husain as lahir

Ketika Rasulullah saw mendengar berita kelahiran Imam Husain as, ia menuju rumah buah hatinya, Fathimah Azzahra as. Sedangkan langkahnya berat, sambil bersedih ia terus berjalan. Dengan suara parau penuh kesedihan, berkata kepada Asma’, “Bawa kemari cucuku…” Asma menyerahkan bayi mungil bercahaya itu kepada nabi. Beliau memeluk dan terus menerus menciuminya. Namun tak lama kemudian beliau tak mampu menahan tangis hingga Asma’ kebingungan seraya bertanya mengapa beliau menangis? Rasulullah saw menjawab, “Sungguh aku menangisi cucuku ini…” Asma’ tetap tidak faham. Berhati-hati ia bertanya, “Bukankah ia baru lahir? Seharusnya Anda gembira…” Nabi menjawab, “Kelak sekelompok durjana akan membunuh cucuku ini. Semoga Allah saw menjauhkan syafa’atku dari mereka.” “Janganlah kau beritakan hal...
Kisah Ahlul Bait dan Sejarah

Doa untuk tetangga

Di suatu malam, Sayidah Fathimah Azzahra as berdoa usai shalat sunahnya. Saat itu kebetulan anaknya yang paling besar, yakni Imam Hasan as, mendengar apa yang didoakannya. Sayidah Fathimah mendoakan tetangga-tetangganya, lalu usai menyebut nama tetangga-tetangganya, baru ia berdoa untuk dirinya dan keluarganya. Sang anak bertanya kepadanya, mengapa ia mendahulukan para tetangga dalam doanya. Lalu Sayidah Fathimah as menjawab, "Aku mendengar Rasulullah saw bekata padaku: 'Tetangga, baru setelah itu rumah sendiri.' Oleh karena itu aku selalu mendoakan tetangga-tetanggaku sebelum mendoakan diri sendiri."
Dukung Kami Dukung Kami