Sabtu, September 13

Menengok Sistem Pendidikan di Hauzah Ilmiah

Sistem pendidikan di seminari ilmiah (hawzah ilmiah) merujuk pada metode pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan di lembaga pendidikan keagamaan tersebut. Sistem ini telah mengalami perubahan seiring waktu. Hingga pertengahan abad ke-14 Hijriah, seorang pelajar biasanya memulai pendidikannya di makteb khaneh (sekolah tradisional). Di sana, mereka belajar mengenal huruf, kemudian mempelajari Al-Qur’an, dan setelah mendapatkan dasar-dasar ilmu tata bahasa Arab (sharaf dan nahw) serta ilmu-ilmu pendahuluan lainnya, mereka melanjutkan ke hawzah ilmiah.

Namun, setelah berdirinya sekolah-sekolah modern dan lenyapnya makteb khaneh, para pelajar kini biasanya bergabung dengan hawzah setelah menyelesaikan pendidikan menengah tingkat pertama atau kedua. Hingga saat ini, tradisi yang berlaku adalah setiap pelajar (thalib) yang masuk ke hawzah ilmiah akan melewati tahapan-tahapan pendidikan tertentu selama masa studinya. Sistem pendidikan di hawzah ilmiah Syiah terdiri dari tiga tahap utama: Pendahuluan (Muqaddimat), Menengah (Sath), dan Lanjutan (Kharij).

Tahapan Pendidikan di Hawzah

Menurut Sayyid Ahmad Husaini, sistem pengajaran di Hawzah Ilmiah Najaf memiliki tiga tahap, yaitu Pendahuluan, Menengah, dan Lanjutan [sumber diperlukan].

1. Pendahuluan (Muqaddimat)

Ini adalah tahap awal studi di hawzah, di mana pelajar mempelajari dasar-dasar ilmu bahasa Arab (Mabadi al-‘Arabiyyah), yang mencakup:

  • Sharaf (morfologi Arab) dan Nahw (sintaksis Arab)
  • Ma’ani (semantik), Bayan (retorika), dan Badi’ (estetika bahasa)
  • Logika (Mantiq)
  • Ilmu Kalam (teologi)
  • Dasar-dasar Usul Fiqh (prinsip-prinsip yurisprudensi Islam)

Buku-buku yang umumnya diajarkan di tahap ini meliputi:

  • Jami’ al-Muqaddimat: Kumpulan buku tentang sharaf, nahw, dan logika.
  • Al-Bahjah al-Mardhiyyah karya Suyuti (penjelasan atas Alfiyyah Ibnu Malik).
  • Syarh al-Alfiyyah karya Ibnu Aqil.
  • Syarh al-Alfiyyah karya Ibnu Nadzim.
  • Mughni al-Labib karya Ibnu Hisyam (tentang nahw).
  • Syarh al-Nizam tentang sharaf.
  • Hasyiyah Mulla Abdullah atas Tahdzib al-Mantiq karya Taftazani (logika).
  • Al-Mantiq karya Muhammad Ridha Muzaffar (logika).
  • Tabsirah al-Muta’allimin karya Allamah Hilli (tentang usul fiqh).
  • Syara’i’ al-Islam karya Muhaqqiq Hilli (tentang fiqh).

2. Menengah (Sath)

Tahap kedua ini berfokus pada pengajaran Fiqh (yurisprudensi Islam) dan Usul Fiqh. Buku-buku yang diajarkan meliputi:

  • Ma’alim al-Din karya Hasan bin Zainuddin Juba’i Amili.
  • Syarh al-Lum’ah al-Dimasyqiyyah karya Syahid Tsani.
  • Kifayah al-Usul karya Akhund Khurasani.
  • Rasa’il dan Makasib karya Syekh Ansari.

Perbedaan utama tahap Menengah dengan Pendahuluan adalah bahwa di tahap ini, buku-buku yang dipelajari lebih bersifat argumentatif dan mendalam. Selain itu, pelajar memanfaatkan catatan tambahan (ta’liqah), komentar (hasyiyah), penjelasan (syarh), dan buku-buku serupa untuk memahami materi.

3. Lanjutan (Kharij)

Tahap ini adalah tahap akhir di hawzah ilmiah, di mana pelajar mencapai tingkat ijtihad (kemampuan untuk menarik kesimpulan hukum syariat dari sumber-sumber agama). Pada tahap ini, seorang guru menyampaikan berbagai pendapat tentang suatu topik, mengevaluasinya, menolak pendapat yang dianggap tidak tepat, dan memperkuat pendapat yang diyakininya benar. Tidak ada buku teks wajib yang diajarkan, tetapi pelajaran biasanya mengikuti struktur bab dari buku-buku fiqh dan usul fiqh. Umumnya:

  • Pelajaran Kharij Usul berbasis Kifayah al-Usul karya Akhund Khurasani.
  • Pelajaran Kharij Fiqh berbasis ‘Urwah al-Wutsqa karya Sayyid Muhammad Kazim Thabathaba’i Yazdi.

Banyak catatan dan komentar ditulis untuk kedua buku ini. Di tahap ini, pelajar mempersiapkan diri sebelum kelas, mempelajari topik secara mandiri, dan berdiskusi secara intens dengan guru selama sesi. Diskusi ini sering kali berlangsung sengit dan mendalam.

Detail Tahap Pendahuluan

Dalam sistem pendidikan baru, tahap Pendahuluan berlangsung selama enam tahun. Tujuan utamanya adalah:

  • Mengajarkan bahasa Arab (termasuk sharaf, nahw, ma’ani, bayan, dll.).
  • Membiasakan pelajar dengan “bahasa Al-Qur’an”.
  • Mengenalkan dasar-dasar fiqh dan usul fiqh.
  • Mempelajari logika sebagai dasar berpikir sistematis.

Buku-Buku yang Diajarkan di Tahap Pendahuluan

Bahasa Arab:

  • Untuk pelajar Arab: Ajrumiyyah, Qathr al-Nada wa Ball al-Sada, dan Syarh Ibnu Aqil.
  • Untuk pelajar non-Arab:
    • Jami’ al-Muqaddimat, yang mencakup Amtsilah, Syarh Amtsilah, Sharaf Mir, Tashrif, ‘Awamil fi al-Nahw, Hidayah, Syarh Anmudhaj, dan Samadiyyah.
    • Al-Bahjah al-Mardhiyyah (penjelasan Suyuti atas Alfiyyah Ibnu Malik).
    • Mughni al-Labib karya Ibnu Hisyam (tentang nahw). Dalam beberapa tahun terakhir, Mughni al-Adib (versi ringkas dari Mughni al-Labib) juga diajarkan.
    • Mutawwal dan Mukhtasar al-Ma’ani karya Taftazani (tentang ma’ani, bayan, dan badi’). Dalam sistem baru, Jawahir al-Balaghah karya Sayyid Ahmad Hasyimi diajarkan bersama Mukhtasar al-Ma’ani.

Logika:

  • Hasyiyah Mulla Abdullah.
  • Syarh al-Syamsiyyah karya Quthbuddin Razi.
  • Al-Mantiq karya Muhammad Ridha Muzaffar.

Fiqh dan Usul Fiqh:

  • Tabsirah al-Muta’allimin karya Allamah Hilli.
  • Al-Rawdhah al-Bahiyyah fi Syarh al-Lum’ah al-Dimasyqiyyah (dikenal sebagai Syarh Lum’ah) karya Syahid Tsani.
  • Beberapa risalah amaliyah (panduan praktis fiqh).
  • Ma’alim al-Din karya Hasan bin Zainuddin Juba’i Amili.
  • Al-Mujaz fi Usul al-Fiqh karya Ja’far Subhani.
  • Usul al-Fiqh karya Muhammad Ridha Muzaffar.

Saat ini, Syarh Lum’ah, Al-Mujaz, dan Usul al-Fiqh diajarkan secara resmi di hawzah [sumber diperlukan].

Mata Pelajaran Tambahan: Selain mata pelajaran utama (bahasa Arab, fiqh, dan usul fiqh), pelajar juga mempelajari etika, akidah, teologi, tafsir, sejarah, dan sastra Persia sebagai bagian dari kurikulum Pendahuluan [sumber diperlukan].

Tahap Menengah (Sath) dalam Sistem Baru

Tahap Menengah berlangsung selama empat tahun (kelas 7 hingga 10). Tujuannya adalah:

  • Meningkatkan kemampuan memahami teks fiqh dan usul fiqh.
  • Mempelajari metode penarikan hukum dari ayat Al-Qur’an dan hadis.
  • Menyelesaikan satu siklus lengkap fiqh dan usul fiqh.
  • Memperdalam akidah dan memperluas wawasan umum melalui mata pelajaran tambahan.

Buku-Buku Utama:

  • Fiqh: Makasib karya Syekh Murtadha Ansari.
  • Usul Fiqh:
    • Rasa’il karya Syekh Ansari (tahun 1-2).
    • Kifayah al-Usul karya Akhund Khurasani (tahun 3-4).

Mata Pelajaran Tambahan:

  • Filsafat:
    • Bidayah al-Hikmah karya Allamah Thabathaba’i (tahun 7).
    • Nihayah al-Hikmah karya Allamah Thabathaba’i (tahun 9-10).
  • Teologi (Kalam):
    • Muhadharat fi al-Ilahiyyat karya Ja’far Subhani (tahun 7-8).
  • Tafsir:
    • Jawami’ al-Jami’ karya Fadhil bin Hasan Thabarsi (Surah At-Taubah di tahun 7, Surah Ar-Ra’d dan Yusuf di tahun 8).
    • Al-Mizan karya Allamah Thabathaba’i (jilid 13, Surah Al-Isra’ di tahun 9; Surah Al-Kahf di tahun 10).
  • Ilmu Rijal dan Dirayah:
    • Kulliyyat fi ‘Ilm al-Rijal karya Ja’far Subhani (tahun 7-8).
    • Dirayah al-Hadits karya Ja’far Subhani (tahun 10).

Pelajar juga dapat mempelajari buku-buku seperti:

  • Dirayah al-Hadits karya Syahid Tsani (ilmu hadis).
  • Manthumah karya Haji Mulla Hadi Sabzawari dan Asfar Arba’ah karya Mulla Sadra (filsafat).
  • Syarh Bab Hadi ‘Asyar karya Allamah Hilli dan penjelasannya atas Tajrid al-I’tiqad karya Khwajah Nasiruddin Thusi (teologi).

Tahap Lanjutan (Kharij)

Setelah menyelesaikan tahap Menengah, sebagian pelajar mengakhiri studinya, tetapi mereka yang ingin mencapai tingkat ijtihad melanjutkan ke tahap Kharij. Ini adalah tahap tertinggi di hawzah, dengan tujuan melatih pelajar menjadi mujtahid dalam fiqh dan usul fiqh, serta mampu menarik hukum dari sumber asli (Al-Qur’an, Sunnah, akal, dan ijma’). Tidak ada buku teks wajib, tetapi pelajaran biasanya mengikuti struktur berikut:

  • Rasa’il dan Kifayah al-Usul untuk usul fiqh.
  • Jawahir al-Kalam, Syara’i’, Wasilah al-Najat, Tahrir al-Wasilah, dan ‘Urwah al-Wutsqa untuk fiqh.

Lama studi di tahap ini bervariasi tergantung pada bakat dan usaha individu. Tidak ada batasan waktu, dan beberapa pelajar bahkan mengikuti pelajaran ini seumur hidup. Guru di tahap ini biasanya adalah mujtahid terkenal atau marja’ taklid. Mereka merancang materi berdasarkan pandangan mereka sendiri dan pendapat mujtahid terdahulu. Pelajar yang mencapai tingkat ijtihad biasanya menerima ijazah (sertifikat) dari gurunya yang menyatakan kemampuan dan keilmuannya [sumber diperlukan].

Mata Pelajaran Spesialisasi

Dalam beberapa tahun terakhir, hawzah telah membuka program spesialisasi seperti tafsir, teologi, dan dakwah, untuk melatih spesialis di bidang-bidang tersebut. Tujuannya adalah menghasilkan sarjana yang tidak hanya mahir dalam fiqh dan usul fiqh, tetapi juga dalam disiplin ilmu Islam lainnya, sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat [sumber diperlukan].

Mata Pelajaran Tambahan (Umum)

Di Hawzah Ilmiah Qom dan beberapa daerah lain, selama tahap Pendahuluan dan Menengah, pelajar juga mempelajari akidah, tafsir, ekonomi, ilmu perbandingan agama (milal wa nihal), ilmu Al-Qur’an, dan etika. Mata pelajaran ini membantu memperluas wawasan dan memperkaya pemikiran pelajar, meskipun tidak dianggap sebagai tahap studi tersendiri [sumber diperlukan].

Metode Pengajaran di Tahap Pendahuluan dan Menengah

Metode pengajaran yang umum digunakan oleh para guru di kedua tahap ini meliputi enam langkah:

  1. Studi mandiri sebelum kelas: Mempelajari buku teks, catatan, dan penjelasan tambahan.
  2. Membaca teks dengan kaidah bahasa Arab: Kadang-kadang bagian ini dilakukan oleh pelajar.
  3. Penjelasan materi secara terstruktur: Disebut “di luar teks” (kharij dars).
  4. Menghubungkan penjelasan dengan teks: Menjelaskan teks secara kalimat demi kalimat.
  5. Menyampaikan materi tambahan: Berupa catatan, penjelasan, atau pandangan khusus guru, yang biasanya diberikan di akhir pelajaran untuk menghindari kebingungan.
  6. Menjawab pertanyaan pelajar: Dilakukan sebelum, selama, atau setelah pelajaran [sumber diperlukan].

Hari Libur

  • Hari Kamis dan Jumat adalah hari libur untuk pelajaran resmi.
  • Di bulan Ramadhan, dua minggu pertama bulan Muharram, dan dua minggu terakhir bulan Safar, kelas libur karena pelajar menghadiri kegiatan dakwah atau upacara peringatan wafatnya Nabi Muhammad SAW dan syahadah Imam Husain AS.
  • Hari-hari peringatan Fatimiyyah, syahadah para imam lainnya, wafatnya marja’ besar, dan hari raya Islam juga menjadi hari libur.
  • Selama musim panas, pelajaran resmi di hawzah libur [sumber diperlukan].

Beberapa guru, dengan kesepakatan pelajar, mengajar buku-buku tertentu di hari-hari non-resmi [sumber diperlukan].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dukung Kami Dukung Kami