Sabtu, September 13

Kisah Imam Ali Ar-Ridho as dan rusa yang menepati janjinya

Di sebuah desa yang dikelilingi oleh hutan lebat, hiduplah seorang pemburu bernama Salman. Ia dikenal sebagai seorang pemburu ulung yang sering membawa hasil buruan ke pasar untuk dijual. Suatu hari, ia memasang perangkap di dalam hutan dengan harapan mendapatkan seekor rusa besar untuk dijadikan makanan dan dijual dagingnya.

Setelah beberapa jam menunggu, ia mendengar suara gemerisik dari semak-semak. Ketika ia mendekati perangkapnya, hatinya berbunga-bunga—seekor rusa betina telah terjerat! Rusa itu meronta-ronta, berusaha membebaskan diri, tetapi sia-sia. Kakinya tersangkut kuat dalam jeratan.

Salman segera mengikat rusa itu dan membawanya pulang ke rumahnya. Ia sangat senang karena rusa betina ini tampak gemuk dan sehat, yang berarti dagingnya bisa dijual dengan harga tinggi.

Namun, ketika ia sedang menyiapkan pisau untuk menyembelih rusa tersebut, tiba-tiba datanglah seorang lelaki mulia yang dikenal sebagai Imam Ali Ar-Ridho, seorang pemimpin yang sangat dihormati karena kebijaksanaan dan kebaikan hatinya.

Imam Ali Ar-Ridho melihat rusa yang terikat itu, lalu berkata dengan penuh kelembutan,
“Wahai Salman, lepaskanlah rusa ini. Ia bukan sekadar hewan biasa. Ia memiliki anak kecil yang sedang sakit dan membutuhkan susunya untuk bertahan hidup.”

Salman terkejut. Ia menatap Imam Ali Ar-Ridho dengan kebingungan. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa tahu bahwa rusa ini memiliki anak yang sedang sakit? Dan lebih aneh lagi, bagaimana mungkin rusa akan kembali jika dilepaskan?

“Wahai Imam, jika aku melepaskannya, bagaimana mungkin ia akan kembali kepadaku? Ini hanyalah seekor hewan, bukan manusia yang bisa memahami janji!” kata Salman.

Namun, Imam Ali Ar-Ridho tersenyum dan berkata dengan penuh keyakinan,
“Percayalah kepadaku. Demi Allah, jika engkau melepaskannya, ia akan kembali sebelum Maghrib untuk memenuhi janjinya.”

Salman merasa ragu, tetapi ia juga tidak ingin menolak permintaan seorang Imam yang begitu dihormati. Dengan berat hati, ia pun melepaskan ikatan rusa itu. Rusa tersebut langsung berlari ke dalam hutan, menghilang di balik pepohonan.

Salman menghela napas. Ia merasa telah kehilangan buruannya.

Hari mulai berlalu, dan matahari semakin condong ke barat. Salman duduk di depan rumahnya, memikirkan kejadian tadi. Ia merasa bahwa rusa itu tidak akan kembali. “Mana mungkin seekor hewan menepati janji?” pikirnya.

Namun, ketika waktu menjelang Maghrib, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang familiar dari kejauhan. Salman berdiri dengan terkejut—rusa itu kembali!

Dengan mata yang berkaca-kaca, rusa itu berjalan perlahan menuju Salman, seolah-olah memahami kewajibannya. Ia berdiri diam di hadapan pemburu itu, menyerahkan dirinya sebagaimana yang telah dijanjikan Imam Ali Ar-Ridho.

Melihat kejadian luar biasa ini, hati Salman tersentuh. Ia tertegun, menyadari bahwa Imam Ali Ar-Ridho bukanlah orang biasa. Hanya orang yang memiliki hubungan istimewa dengan Allah yang dapat membuat seekor hewan menepati janji seperti ini.

Akhirnya, dengan penuh haru, Salman memutuskan untuk melepaskan rusa itu selamanya. Ia sadar bahwa ada hal yang lebih berharga daripada sekadar daging dan uang—yaitu belas kasih dan keajaiban dari orang-orang yang dekat dengan Allah.

Rusa itu pun berlari kembali ke dalam hutan, bebas untuk selamanya. Salman bersujud syukur, dan sejak hari itu, ia berhenti berburu dengan cara yang kejam. Ia menjadi seorang yang lebih bijak dan penuh kasih sayang terhadap makhluk hidup, mengikuti ajaran kebaikan dari Imam Ali Ar-Ridho.

Pesan Moral:
Kisah ini mengajarkan tentang kekuatan kasih sayang, keajaiban janji, serta bagaimana makhluk Allah, baik manusia maupun hewan, dapat memahami kebaikan dan keadilan jika berada di bawah cahaya kebijaksanaan seorang pemimpin yang suci.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dukung Kami Dukung Kami