Kehidupan tersembunyi Imam Mahdi (a.s.) menjadikan banyak aspek hidupnya, termasuk status pernikahan dan keturunan, menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama. Karena tidak ada riwayat yang jelas dan tegas tentang keluarga beliau, terdapat berbagai pendapat mengenai hal ini.
1. Pandangan Ulama Syiah
Terdapat dua pendapat utama di kalangan ulama Syiah:
- Imam Mahdi (a.s.) telah menikah dan memiliki keturunan.
- Argumen:
- Menikah adalah sunnah Nabi (saw.), dan Imam Mahdi tidak akan meninggalkan sunnah ini.
- Beberapa riwayat dan doa mengisyaratkan keberadaan istri dan anak beliau.
- Kritik:
- Jika menikah bertentangan dengan hikmah di balik masa ghaybah (ketersembunyian), maka Imam akan mendahulukan yang lebih penting.
- Argumen:
- Imam Mahdi (a.s.) tidak menikah atau tidak memiliki keturunan.
- Argumen:
- Pernikahan dapat mengancam keselamatan beliau selama masa ghaybah.
- Riwayat yang menyatakan bahwa Imam Mahdi tidak memiliki keturunan.
- Kritik:
- Sebagian berpendapat bahwa beliau mungkin menikah tetapi tidak memiliki anak.
- Argumen:
2. Bukti Pendukung Pernikahan dan Keturunan
a. Sunnah Pernikahan
- Al-Qur’an dan hadis menganjurkan pernikahan.
- Imam Mahdi sebagai pemimpin umat seharusnya mengikuti sunnah Nabi.
b. Beberapa Riwayat dan Doa
- Riwayat dari Syaikh Thusi dan Nukmani
- Disebutkan bahwa “tidak ada yang mengetahui tempat Imam kecuali pelayannya, bukan anak-anaknya.”
- Kritik: Ada kemungkinan kesalahan penulisan (tahrif) dalam riwayat ini.
- Kisah Pulau Khadra
- Disebutkan bahwa Imam Mahdi memiliki keturunan yang memerintah di pulau terpencil.
- Kritik: Kisah ini dianggap lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah.
- Riwayat Allamah Majlisi
- Disebutkan bahwa Imam Mahdi akan turun di Masjid Sahla bersama keluarganya.
- Kritik: Ini mungkin merujuk pada masa setelah kemunculannya (zuhur), bukan masa ghaybah.
- Doa-doa dari Sayid bin Thawus
- Terdapat doa yang memohon berkah untuk keluarga dan keturunan Imam Mahdi.
- Kritik: Doa ini bisa ditafsirkan untuk masa setelah zuhur.
3. Argumen yang Menolak Pernikahan dan Keturunan
a. Bertentangan dengan Misi Ghaybah
- Ghaybah bertujuan melindungi Imam dari musuh. Jika beliau menikah, keberadaannya bisa terungkap.
- Kewajiban menjaga keselamatan lebih utama daripada sunnah menikah.
b. Riwayat yang Menegaskan Tidak Ada Keturunan
- Riwayat Mas’udi
- Imam Ridha (a.s.) menyatakan bahwa Imam Mahdi tidak memiliki keturunan.
- Riwayat Syaikh Thusi
- “Tidak ada Imam kecuali yang memiliki keturunan, kecuali Imam Mahdi.”
- Keterangan tentang Kesendirian Imam
- Dalam beberapa riwayat, Imam Mahdi disebut sebagai “Al-Farid” (yang tunggal).
- Disebutkan bahwa hanya 30 pengikut setia yang menemani beliau selama ghaybah.
4. Kesimpulan
- Tidak ada bukti kuat bahwa Imam Mahdi menikah atau memiliki keturunan selama masa ghaybah.
- Riwayat yang mendukung pernikahan kebanyakan lemah atau bisa ditafsirkan untuk masa setelah zuhur.
- Argumen yang menolak pernikahan lebih kuat karena sesuai dengan hikmah ghaybah.
Wallahu a’lam bish-shawab. (Allah Yang Maha Mengetahui kebenaran sejati).
Sumber: wikifeqh