Rabu, Juli 2

Abdullah bin Saba: Antara Realita dan Mitos Sejarah

Abdullah bin Saba adalah tokoh kontroversial dalam sejarah Islam yang oleh sebagian kalangan digambarkan sebagai sosok Yahudi yang memeluk Islam, lalu menyebarkan ajaran sesat, menyulut fitnah dalam masyarakat Islam, dan menjadi pemicu utama pemberontakan terhadap Khalifah Utsman bin Affan. Banyak narasi menyebut bahwa ia adalah biang keladi dari fitnah besar yang menyebabkan pembunuhan Utsman dan pecahnya perang-perang besar seperti Perang Jamal dan Shiffin.


Asal-Usul Tuduhan dan Pandangan Tokoh Sejarah

  1. Menurut sejarawan seperti Tabari, Abdullah bin Saba berasal dari Yaman dan berpura-pura masuk Islam. Ia melakukan perjalanan ke berbagai wilayah Muslim seperti Kufah, Syam, Mesir, dan Basrah, menyebarkan pandangan seperti kepercayaan akan kembalinya Nabi (raj’ah) dan bahwa Ali adalah penerus sejati Nabi Muhammad. Ia diyakini sebagai orang yang memprovokasi rakyat untuk menggulingkan Utsman.
  2. Beberapa penulis seperti Abu al-Husain al-Malti, Dr. Ali Sami al-Nashar, Muhammad Abu Zahrah, dan Ihsan Ilahi Zahir menyebut bahwa Abdullah bin Saba adalah pendiri gerakan Syiah, khususnya yang ekstrem (ghulat), serta menyebarkan pengaruh Yahudi di kalangan umat Islam.

Penolakan dan Kritik terhadap Narasi Abdullah bin Saba

Namun demikian, banyak ulama dan sejarawan modern mempertanyakan bahkan menolak keberadaan sosok ini:

  • Dr. Thaha Husain meragukan keabsahan cerita tentang Abdullah bin Saba karena sumber-sumber primer sejarah Islam seperti Ibnu Sa’d, Baladzuri, dan lainnya tidak menyebut namanya, kecuali riwayat dari Tabari melalui Saif bin Umar, seorang perawi yang banyak dikritik kevalidannya.
  • Seyyed Murtadha Askari bahkan membantah keberadaan Abdullah bin Saba sebagai tokoh nyata dan menilai bahwa kisah tentangnya adalah ciptaan musuh-musuh Syiah untuk mendiskreditkan mazhab tersebut.

Beragam Pandangan tentang Abdullah bin Saba

Pandangan mengenai Abdullah bin Saba terbagi tiga:

  1. Pendukung (Muwafiqun): Menganggap ia tokoh nyata yang berpengaruh besar.
  2. Peragu (Mutaraddidun): Menerima keberadaannya namun menolak klaim tentang peran besarnya.
  3. Penolak (Munkirun): Menolak sepenuhnya eksistensinya dan menganggapnya fiktif.

Kesimpulan: Antara Fakta dan Rekayasa

Kisah Abdullah bin Saba menjadi simbol perdebatan antara kebenaran sejarah dan upaya politisasi ajaran Islam. Tuduhan bahwa ia pendiri Syiah Imamiyah dianggap tidak berdasar karena keyakinan-keyakinan Syiah seperti nash (penunjukan Imam), raj’ah, dan wilayah memiliki dasar-dasar kuat dalam Al-Qur’an dan hadis, serta tidak berasal dari ajaran Yahudi.

Dengan demikian, diperlukan sikap adil dan objektif dalam menilai riwayat sejarah, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan mazhab-mazhab Islam dan tokoh-tokoh yang diragukan keberadaannya.

Sumber: WikiFeqh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *