Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW, adalah salah satu tokoh paling mulia dalam sejarah Islam. Keberanian, keadilan, dan ketakwaannya menjadikannya sosok yang dihormati oleh umat Islam. Namun, pada malam 19 Ramadhan tahun 40 Hijriah, beliau menjadi korban serangan keji yang menyebabkan wafatnya di malam 21 Ramadhan.
Serangan di Masjid Kufah
Pada malam 19 Ramadhan, Imam Ali pergi ke Masjid Kufah untuk melaksanakan salat Subuh. Di tengah kekhusyukan ibadah, seorang lelaki bernama Abdurrahman bin Muljam yang merupakan anggota kelompok Khawarij, telah menyusun rencana jahat untuk menghabisi nyawa beliau. Saat Imam Ali sujud dalam salatnya, Abdurrahman bin Muljam mengayunkan pedangnya yang telah dilumuri racun ke kepala Imam Ali. Pukulan tersebut sangat dalam hingga melukai kepala beliau dengan parah.
Setelah serangan tersebut, Imam Ali langsung jatuh tersungkur dan berseru dengan kalimat yang sangat masyhur: “Fuztu wa Rabbil Ka’bah” yang berarti “Demi Tuhan Ka’bah, aku telah menang.” Beliau kemudian dilarikan ke rumahnya dalam kondisi terluka parah.
Wafat di Malam 21 Ramadhan
Luka yang diderita Imam Ali sangat serius, ditambah lagi dengan racun yang telah melumuri pedang Abdurrahman bin Muljam, membuat kondisinya semakin melemah dari waktu ke waktu. Meskipun dalam keadaan sekarat, beliau tetap menunjukkan kebijaksanaan dan keteguhan hati. Imam Ali memberikan wasiat kepada anak-anaknya, termasuk Imam Hasan dan Imam Husain, untuk selalu menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
Pada malam 21 Ramadhan, Imam Ali akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Kepergian beliau menjadi duka mendalam bagi umat Islam, terutama para sahabat dan pengikut setianya. Jenazahnya dimakamkan secara rahasia di Najaf, Irak, untuk menghindari ancaman dari musuh-musuhnya.
Pembalasan terhadap Abdurrahman bin Muljam
Setelah serangan tersebut, Abdurrahman bin Muljam ditangkap dan dijatuhi hukuman mati sebagai bentuk keadilan atas pembunuhan Imam Ali. Namun, Imam Ali sendiri sebelum wafat tetap menekankan agar hukum ditegakkan dengan cara yang adil tanpa berlebihan dalam balas dendam.
Kesimpulan
Syahidnya Imam Ali bin Abi Thalib merupakan peristiwa yang sangat bersejarah dalam Islam. Kepergiannya menjadi pengingat akan perjuangan beliau dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Hingga kini, banyak umat Islam yang mengenang dan memperingati malam 21 Ramadhan sebagai hari syahadah Imam Ali, merenungkan warisan keilmuannya, serta meneladani akhlak dan kepemimpinannya.
Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari perjalanan hidup beliau dan menerapkan nilai-nilai keadilan serta ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.